“Saya katakan, itu pak mempunyai makna. Memang asalnya seperti itulah,” jelas salah satu tokoh pendiri Kota Argamakmur, Kabupaten Bengkulu Utara ini. 

Samid menambahkan, yang mengerjakan patung itu namanya Nasution, dia selaku pemborongnya saat itu. Dan yang merancang bentuk bangunan namannya Sudiono, dia saat itu salah satu pegawai Pekerjaan Umum kala itu.

“Saya katakan itu tidak boleh diubah, bentuknya demikian. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah,” ujar pria yang pernah menjabat Kepala Seksi Kebudayaan Tahun 1975 s/d 1996 Kabupaten Bengkulu Utara.

Lebih jauh dikatakan Samid, sejak peresmian Kota Argamakmur Tahun 1978 patung itu sudah ada. Kata dia, pernah disampaikan jika ingin melakukan pemugaran. Baiknya perbaiki di bagian luar saja, tapi akhirnya dibuat seperti itu.

“Maksud saya kalau ingin merubahnya, mesti ada berita acaranya. Hal ini berkaitan dengan kebudayaan. Filosofi yang terkandung pada kain penutup seadanya, begitu sulitnya pendahulu-pendahulu mendirikan Bengkulu Utara dan tidak ada yang kelihatan jeleknya,” tandas dia. [arh]