Sama dengan politik dagang sapi, dimana politik berbagi kekuasaan. Maka politik kambing bobok, merupakan pra mencari simpati.  Dimana para calon’ mengepek’ massa, sembari seolah-olah memberi kenikmatan dan kebahagiaan. Padahal yang enak itu hanya Si Calon. Itu terbukti dengan teriakannya saat kebutuhannya tercapai.

Dalam politik kambing bobok, tidak ada kebersamaan, yang ada monopoli. Bila ada kambing lain yang mencoba mendekat, maka akan dihantam dengan tanduknya. Prinsip yang dianutnya adalah, “massa mu adalah massa ku. Massa ku pacak lah aku”.

Calon penganut politik kambing bobok ini sifatnya, kalau berbicara pelan, terbatah-batah, durasinya lama, mengalun, “nyelesaikan  jugo idak. Tapi enyo endak menang sorang”. Ini merupakan tipikal calon, yang kalau di berikan kepercayaan, dia tidak amanat. Istilah Bengkulunya, “Cik Tau Tapi Cik Slow. Dapek Selip dikit, Cik Pecci jugo.

Untuk antisipasi aksi politik kambing bobok ini, hanya dengan mengebirinya. Panggil dokter hewan, melakukan pengebirian. Ingat,  kambing boboknya yang dikebiri, bukan dokter hewannya.

  • Wartawan tinggal di Bengkulu.