Dalam tradisi ini berupa pembersihan makam atau nyekar dilakukan oleh masyarakat Jawa, pada umumnya dilakukan masyarakat di pedesaan.

Biasanya peziarah membawa bunga pada saat melaksanakan ziarah kubur, terutama kerap membawa bunga selasih. 

Menurut kepercayaan masyarakat bunga selasih merupakan sebagai lambang adanya hubungan yang akrab antara peziarah dengan arwah yang diziarahi.

Masyarakat yang mengikuti tradisi nyadran biasanya berdoa untuk leluhur kakek-nenek, bapak-ibu, serta saudara-saudari mereka yang telah meninggal. 

Seusai berdoa, masyarakat menggelar kenduri atau makan bersama di sepanjang jalan yang telah digelari tikar dan daun pisang dan bisa juga dilakukan di masjid mengirim doa untuk leluhur secara bersama-sama.

Setiap keluarga yang mengikuti kenduri diwajibkan membawa makanan sendiri, dan makanan yang dibawa harus berupa makanan tradisional, seperti ayam ingkung, sambal goreng ati, urap sayur, dengan lauk rempah, perkedel,tempe dan tahu bacem, atau mentahan dan lain sebagainya.