Gus Yaqut berharap hasil sidang isbat ini, seluruh umat Islam di Indonesia dapat menjalankan ibadah puasa dengan khusyuk.

 “Saat ini kita ketahui ada beberapa perbedaan, dan itu lumrah saja. Namun, kita harus tetap menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi sehingga tercipta suasana yang kondusif,” pungkasnya.

Sementara itu, Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2024 berisi tentang hasil hisab untuk bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah 1445 H. Menetapkan awal puasa Ramadhan 2024 pada hari Senin, 11 Maret 2024. 

Artinya, puasa yang ditetapkan oleh Muhammadiyah lebih cepat satu hari dibanding awal puasa yang ditetapkan oleh Kemenag RI atau pemerintah.

Perbedaan penetapan awal dan akhir puasa Ramadhan 2024 itu dikarenakan perbedaan metode penetapan hilal Ramadhan. Kemenag RI menggunakan metode Imkanur Rukyah 3 derajat, sementara Muhammadiyah menggunakan metode Hisab Wujudul Hilal Hakiki.

Sedangkan, Lembaga Falakiyah (LF) PBNU mengikhbarkan awal Ramadhan 1445 H jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024. Ikhbar berdasarkan hasil rukyatul hilal pada Minggu (10/3/2024) petang di sejumlah tempat. Laporan dari perukyat di seluruh Indonesia tidak dapat melihat hilal. 

“Tim rukyat dari LF PBNU dari ke-38 titik tidak satupun yang dapat melihat hilal. Oleh karena itu, mengikuti pendapat dari al madzhab arba’ah, maka mestinya besok, Senin tanggal 11 Maret 2024 belum masuk Ramadhan,” kata Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, seperti dikutip redaksi88.com dari laman nu.or.id.