REDAKSI88.COM— TASAWUF bagian dari ilmu-ilmu Islam yang sangat sedikit mendapat perhatian. Tasawuf pun dianggap sebagai hal yang sulit untuk dipahami. 

Sebenarnya ilmu tasawuf suatu cara atau jalan untuk mensucikan jiwa. Disamping itu tasawuf adalah usaha untuk mengekspresikan pengalaman batin melalui kata-kata. 

“Dalam upaya mengekspresikan pengalaman ini, tasawuf sering dianggap sebagai ‘jalan’ untuk mendekati realitas absolut (Allah), yang bukan dilakukan melalui logika, melainkan ‘mata hati’ dengan cara iluminasi dan kontemplasi,” kata Budhy Munawar Rachman ketua bidang program Yayasan Paramadina Jakarta.

Ada yang beranggapan tasawuf sebagai penyebab kemunduran Islam, sangat tidak benar lagi apabila sejenak menengok sejarah perkembangan Islam di Asia Tengah, Asia Tenggara, atau daerah sekitarnya. Usaha penyebaran tersebut dilakukan ulama-ulama yang bergelar Sufi. 

Cara mereka menyebarkan Islam mungkin lain, karena mereka terlebih dahulu berupaya membangkitkan kesadaran dalam batin bagi calon pengikutnya, yang selanjutnya dibimbing untuk menghayati syariah.

Para Sufi memang suka mengembara guna mencari guru, kawan, atau murid yang mau mendengar ajarannya. Pada setiap tempat mereka mendirikan ‘pos’ sambil menyiarkan Islam, mengikuti jalur yang ditempuh para pedagang Muslim. 

Tapi perjalanan badani ini bagi Sufi belum cukup. Mereka terus memperkaya dengan perjalanan rohani, perjalanan dari diri ke dalam diri (diri yang rendah atau nafsu ke diri yang lebih tinggi). 

“Atau, perjalanan tebu mencari gula, perjalanan sebutir pasir yang menyimpang dari jalan yang lazim ditempuh pasir lain, lalu masuk ke dalam kerang yang kelak menjelma menjadi mutiara,” kata Budhy. 

Sebagian perjuangan kaum sufi dalam menyebarkan Islam dapat kita saksikan dalam kisah Sunan Bonang. Suatu hari Sunan Bonang didatangi oleh seorang pangeran Majapahit bernama Wujil.

Sang pangeran ternyata tidak puas dengan agama Hindu yang selama ini ia anut. Untuk itu ia mengembara mencari kebenaran yang lebih hakiki. 

Di Bonang ia diterima oleh Wali dan diberitahu bahwa hakikat dan tujuan agama Hindu sebenarnya sama dengan Islam. Namun umat Hindu harus bertapa di pegunungan dengan menyiksa tubuh demi mendapatkan pembebasan dan kesempurnaan. 

Sedangkan Islam bisa dilakukan di tempat ramai tanpa perlu menyiksa diri. Sholat lima kali dalam sehari tidak kurang manjurnya dalam memberikan pembersihan jiwa. 

Wujil kemudian diberi pelajaran keyakinan agama dan tasawuf. Di sini sang pangeran menemukan kepuasan batin.