Site icon Redaksi88.com

Pembrangusan Tugu Amanah Tuai Kritikan

Tugu Amanah.

BENGKULU UTARA, redaksi88.com — Hilangnya filosofi bentuk patung Tugu Amanah yang tidak sesuai dengan ciri khasnya dikritik Ketua Badan Musyawarah Adat (BMA) Kabupaten Bengkulu Utara, Samid, Itu tidak boleh.

Diceritakan Samid, sebelum dilakukan pemugaran Tugu Amanah. Dirinya dipanggil oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Bengkulu Utara, Heru Susanto, ST.

“Ada dua persoalan saat dipanggil kepala dinas PUPR saat itu, pertama soal Rumah Adat dan yang kedua Tugu Amanah.”

“Saya katakan saat itu, tidak ada rumah adat yang bentuknya demikian. Kadis PU saat itu balik bertanya jadi apa namanya, saya katakan tidak tahu. Karena, sebenarnya rumah adat itu tidak ada dan tidak ada bubungannya bengkok-bengkok begitu. Tidak wajar itu dikatakan rumah adat, karena saya katakan tidak ada bubungan rumah disini (Bengkulu Utara-red) bentuknya seperti itu,” ungkap Samid, (23/10).

Baca Juga : Hilangnya Filosofi Tugu Amanah Kota Argamakmur

Selanjutnya, saat itu Kadis PU mengatakan bagaimana kalau patung Tugu Amanah diberikan kain celana atau kain basahan yang seperti sekarang itu. 

“Saya katakan, itu pak mempunyai makna. Memang asalnya seperti itulah,” jelas salah satu tokoh pendiri Kota Argamakmur, Kabupaten Bengkulu Utara ini. 

Samid menambahkan, yang mengerjakan patung itu namanya Nasution, dia selaku pemborongnya saat itu. Dan yang merancang bentuk bangunan namannya Sudiono, dia saat itu salah satu pegawai Pekerjaan Umum kala itu.

“Saya katakan itu tidak boleh diubah, bentuknya demikian. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah,” ujar pria yang pernah menjabat Kepala Seksi Kebudayaan Tahun 1975 s/d 1996 Kabupaten Bengkulu Utara.

Lebih jauh dikatakan Samid, sejak peresmian Kota Argamakmur Tahun 1978 patung itu sudah ada. Kata dia, pernah disampaikan jika ingin melakukan pemugaran. Baiknya perbaiki di bagian luar saja, tapi akhirnya dibuat seperti itu.

“Maksud saya kalau ingin merubahnya, mesti ada berita acaranya. Hal ini berkaitan dengan kebudayaan. Filosofi yang terkandung pada kain penutup seadanya, begitu sulitnya pendahulu-pendahulu mendirikan Bengkulu Utara dan tidak ada yang kelihatan jeleknya,” tandas dia. [arh]

Exit mobile version