Oleh: Zacky Antony.

MENDENGAR lantunan suara Adzan itu hatiku bergetar. Bukan suara adzan masjid dekat rumahku yang setiap hari kudengar, Masjid Bustanul Ulum. Tapi suara adzan yang berkumandang dari masjid-masjid di Negara Eropa yang mayoritas masyarakatnya non muslim. Seperti Belanda, Prancis, Jerman dan Belgia.

Setelah Komunis runtuh di Timur, Barat yang kapitalis memandang Islam sebagai “musuh” berikutnya. Pandangan kebencian ini muncul dalam wujud Islamphobia. Kelompok Islamphobia ini semakin membesar setelah perisitwa 11 September 2001. Dua menara kembar WTC runtuh ditabrak dua pesawat komersil yang dibajak teroris. Sejak itu, Islam distigmakan sebagai sumber kekerasan, pelaku ledakan bom, teroris dsb. Tahun-tahun awal sejak peristiwa WTC, nama-nama yang berbau muslim langsung dicurigai teroris.

Sampai saat ini pun, kelompok Islamphobia itu masih banyak. Salah satunya, Presiden AS, Donal Trump. Teroris pelaku penembakan membabi buta terhadap Jemaah masjid di Selandia Baru beberapa waktu lalu mengaku terinspirasi dari Trump. Presiden dari Partai Republik ini memang dikenal sangat anti Islam. Sebelum menjadi Presiden, dia pernah menuding Barack Obama secara diam-diam telah memeluk Islam. Setelah menjadi Presiden, dia pernah melarang muslim dari beberapa Negara Islam, masuk ke AS.

Begitulah Islamphobia. Islam distigma sebagai simbol kekerasan, bom, teroris dll. Padahal, Negara-negara Islam yang tergabung dalam OKI selalu menyuarakan perdamaian. Teroris-teroris itu adalah oknum yang mengatasnamakan agama.

Di tengah merebaknya Islamphobia tersebut, wabah corona mampu meneduhkan suasana. Sebelum pandemi corona, adzan masjid-masjid di Eropa umumnya dilarang pakai pengeras suara, kecuali masjid tertentu dan acara-acara khusus. Sekarang diperbolehkan.

Semula saya mengira video kumandang suara adzan dengan pengeras suara di masjid Eropa adalah hoax. Namun setelah mengecek di pemberitaan sejumlah media, ternyata itu benar. Ada sekitar 100 masjid di Jerman dan Belanda, Jumat pekan pertama April, atau sebulan lebih sejak Corona melanda Eropa, mengumandangkan adzan dengan pengeras suara. Hal itu sebagai wujud dukungan kepada umat muslim di tengah pandemi corona.
Masih terlalu dini untuk mengatakan Islamphobia sudah mereda. Namun paling tidak, dengan diperbolehkannya adzan menggunakan pengeras suara, ini menunjukkan bahwa toleransi mulai menunjukkan tanda positif. Buktinya, tidak muncul protes dari kalangan nonmuslim yang mayoritas. Tidak ada pula protes dari kaum Islamphobia.

Tak hanya kumandang suara adzan dengan pengeras suara diperbolehkan, kutipan ayat- ayat Alquran yang berkaitan dengan seruan kemanusiaan terpasang dengan bebas di tempat-tempat umum.