Site icon Redaksi88.com

Mengenal Tradisi Malamang Sambut Bulan Ramadhan di Sumatera Barat

Lemang. (Foto/Net)

REDAKSI88.COM– Tradisi unik menyambut bulan Ramadhan di belahan Nusantara satu ini memiliki ciri khas tersendiri. Tradisi ini biasa disebut oleh masyarakatnya adalah malamang

Malamang merupakan sebutan nama kudapan dalam bahasa daerah Minangkabau atau Sumatera Barat yang terbuat dari beras ketan putih yang sudah diolah menggunakan wadah dari bambu. 

Malamang lebih dikenal dengan nama lemang adalah tradisi masyarakat Sumatera Barat dalam pembuatannya dirayakan atau dilakukan oleh ibu-ibu secara bersama-sama.

Tradisi malamang sendiri telah berlangsung sejak ratusan tahun silam dan secara turun temurun sampai sekarang masih dilakukan oleh masyarakat Minangkabau. 

Lemang akan disajikan pada malam hari saat syukuran dan berdoa atas datangnya bulan Ramadhan. Tujuannya adalah untuk sarana berkumpul dan mempererat tali silaturahmi.

Selain itu, tradisi malamang bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan sebagai bagian dari kebiasaan masyarakat yang dilakukan secara bersama oleh sekelompok atau kerabat. 

Biasanya lemang dibuat dalam jumlah yang banyak dan disajikan untuk kudapan dalam acara Maulid Nabi di surau-surau yang berada di wilayah Minangkabau. 

Seperti dilansir Redaksi88.com dari laman wikipedia, malamang dipastikan tidak ada hubungan dengan adat Minangkabau. Ini murni berkaitan dengan ajaran Syekh Burhanuddin. 

Menurut tambo (kisah yang meriwayatkan tentang asal usul dan kejadian masa lalu yang terjadi di Minangkabau), tradisi ini berlangsung dari peran Syekh Burhanuddin (pembawa ajaran Islam di Minangkabau). 

Saat itu Syekh Burhanuddin melakukan perjalanan ke daerah pesisir Minangkabau untuk menyampaikan agama Islam serta bersilaturahmi ke rumah penduduk. 

Dari kunjungannya, masyarakat sering memberikan makanan yang masih diragukan kehalalannya. Dia pun menyarankan kepada masyarakat yang dikunjungi agar mencari bambu.

Kemudian mengalasnya dengan daun pisang muda. Setelah itu dimasukan beras ketan putih dan santan, selanjutnya dipanggang diatas tungku kayu bakar. 

Syekh Burhanuddin pun menyarankan kepada setiap masyarakat agar menyajikan makanan lamang ini menjadi simbol makanan yang dihidangkan dalam silaturahim.

Cara pengolahan lemang

Biasanya sebelum dilakukan proses malamang, ibu-ibu mencari buluh (bambu) dan daun pisang. Selanjutnya bambu dipotong dan dibersihkan luar dalamnya. 

Kemudian daun pisang dilayukan dengan api kecil. Seterusnya daun pisang dimasukan ke dalam bambu yang sudah dipotong.

Selanjutnya beras ketan putih dicuci hingga bersih dicampur dengan santan kelapa, terus dimasukan ke dalam bambu yang sudah dipersiapkan. 

Cara memasaknya adalah dengan mendirikan batang bambu lemang di atas tungku khusus pembakaran lebih kurang 6 sampai 8 jam.

Exit mobile version